Burung puyu dikenal dan diternakkan sejak akhir 1979. Kini mulai bermunculan di kandang-kandang ternak yang ada di Indonesia .
Klasifikasi burung puyuh menurut Redaksi Agromedia
(2002) adalah
sebagai
berikut:
Kelas :Aves (Bangsa burung)
Ordo :Galiformes
Sub
Ordo :Phasianoidae
Famili :Phasianidae
Sub
Famili : Phasianidae
Genus : Coturnix
Spesies : Coturnix-coturnix japonica
Kelebihan ternak burung puyuh dibandingkan dengan
ternak unggas lainnya menurut Sutoyo (1989) yaitu : Ternak burung puyuh sangat
mudah pemeliharaannya, tidak banyak memerlukan tenaga dan biaya yang
banyak/besar. Tidak banyak menyita tempat, dapat menampung anak burung puyuh
100 ekor/m2 berumur 1-10 hari dan 60 ekor/m2 untuk burung puyuh berumur di atas
10 hari. Cepat bertelur, sehingga kebutuhan telur keluarga cepat terpenuhi.
Ciri-ciri burung puyuh (Coturnix-coturnix
japonica) adalah bentuk badannya relatif lebih besar dari jenis burung-
burung puyuh lainya. Panjang badannya 19 cm, badannya bulat, ekor pendek, dan
kuat, jari kaki empat buah, warna bulu coklat kehitaman, alis betina agak putih
sedang panggul dan dada bergaris (Nugroho dan Mayun, 1986).
Burung puyuh jenis Coturnix-coturnix japonica lazim
diternakkan oleh peternak yang menghendaki produksi telur yang tinggi. Burung
puyuh ini mampu menghasilkan sebanyak 250-300 butir telur/tahun dengan periode
bertelur selama 9-12 bulan. Burung puyuh betinanya mulai bertelur pada umur 35
hari. Dengan ciri khas perbedaan jantan dan betina terdapat pada warna, suara
dan berat tubunya. Burung puyuh betina pada bulu leher dan dada bagian atas
warnanya lebih terang serta terdapat totol-totol cokelat tua bagian leher sampai
dada, sedangkan burung puyuh jantan bulu dadanya polos berwarna cinnamon
(cokelat muda). Suara burung puyuh jantan lebih besar dibandingkan burung puyuh
betina sebaliknya bobot burung puyuh betina lebih berat daripada burung puyuh
jantan (Nugroho dan Mayun, 1982).